Regulatory sandbox, metode ini memungkinkan perusahaan untuk menguji produk atau layanan baru dengan jumlah pelanggan yang terbatas serta...
[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Setiap faskes termasuk apotek memiliki sistem dan prosedur stock opname di apotek sesuai kebijakan dari apoteker penanggung jawab dan pemilik modal.
Dalam Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek disebutkan bahwa stock opname di apotek merupakan suatu kegiatan audit wajib. Audit sendiri merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki. Tujuan dari audit di apotek adalah untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan kefarmasian. Selain itu, stock opname di apotek atau faskes lain dilakukan untuk mengetahui jumlah persediaan fisik di akhir periode akuntansi.
Kemudian muncul pertanyaan,
Stock opname yang dilakukan di apotek merupakan salah satu audit wajib internal, maka penting dilakukan rutin. Tetapi, bukan berarti Anda harus melakukannya setiap hari. Anda bisa melakukan stock opname di faskes sebanyak tiga bulan sekali, enam bulan sekali, atau bahkan satu tahun sekali tergantung kebijakan di faskes Anda. Kegiatan stock opname akhir tahun biasanya dilakukan untuk mengetahui persediaan apotek secara menyeluruh dan menjadi landasan rancangan pengadaan stock tahun berikutnya. Jika faskes Anda memutuskan untuk melakukan stock opname setiap tiga atau enam bulan sekali, maka sebaiknya dilakukan penggabungan data di akhir tahun. Hal ini juga berlaku untuk faskes lain, seperti rumah sakit dan klinik.
Stock opname di faskes merupakan suatu kegiatan yang banyak menghabiskan waktu karena tidak jarang terjadi kesalahan.
1. Pengelolaan stock barang manual
Kami menemukan beberapa faskes masih menggunakan metode konvensional untuk mengelola stock di unit farmasi atau unit lainnya. Namun, pengelolaan stock secara manual tidak efisien dan potensi kesalahan karena human error cukup besar. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem digital agar pengelolaan dan stock opname di faskes lebih efisien.
2. Proses penerimaan barang manual
Berkaitan dengan poin 1, karena pengelolaan barang masih manual, maka proses penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, atau barang lainnya juga masih manual. Hal ini menyebabkan data jumlah barang yang masuk maupun keluar terdapat selisih. Sistem digital masih menjadi solusi untuk permasalahaan ini.
3. Kesalahan dalam penggabungan data
Data hasil stock opname di rumah sakit atau faskes lainnya dari masing - masing unit harus dikumpulkan, dijadikan satu dokumen untuk kemudian direkap menjadi satu laporan stock opname.
Baca Juga : Tantangan Apoteker di Industri Farmasi Modern
Sistem digital yang terintegrasi adalah solusi dari permasalahan di atas.
Menggunakan sistem digital yang terintegrasi, transaksi penjualah akan secara otomatis mengurangi stock persediaan. Sedangkan jika ada barang datang stock persediaan akan bertambah secara otomatis. Dengan demikian, tidak ada selisih saat stock opname.
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]
Regulatory sandbox, metode ini memungkinkan perusahaan untuk menguji produk atau layanan baru dengan jumlah pelanggan yang terbatas serta...
Perlu adanya pembekalan kompetensi kepada tim IT fasilitas kesehatan, sebagai upaya percepatan transformasi digital kesehatan di Indonesia.
Clinical pathway mencakup proses pengambilan keputusan yang dibagi antara pasien, keluarga, dan tim medis untuk memastikan bahwa perawatan....